KETENANGAN HATI BERSAMA ALLAH: KUNCI KETENANGAN HATI DAN PIKIRAN (JIWA)
Oleh: Ustadz Drs. Abudin Robbani, M.Pd.

ululalbabtambun.sch.id – Dalam kehidupan yang penuh hiruk-pikuk, ketenangan hati adalah dambaan yang tak pernah pudar. Setiap manusia menginginkan hati yang damai, pikiran yang jernih, serta jiwa yang tenang. Namun, tak jarang kesibukan dunia membuat kita lupa bahwa ketenangan sejati hanya bisa diperoleh melalui kedekatan dengan Allah. Islam telah memberikan pedoman yang jelas bagaimana meraih kedamaian hati dalam berbagai kondisi.
Ketenangan Hati Menurut Al-Qur’an

Allah SWT menjelaskan bahwa ketenangan hati bukan berasal dari materi atau kedudukan, melainkan dari kedekatan dengan-Nya.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ayat ini menunjukkan bahwa dzikir bukan sekadar ritual lisan, melainkan jalan spiritual yang mengantarkan seseorang pada kedamaian yang hakiki. Dalam ayat lain, Allah menjanjikan kehidupan yang baik bagi mereka yang beriman dan beramal saleh:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 97)
Petunjuk Nabi dalam Meraih Ketenangan Jiwa

Nabi Muhammad ﷺ juga telah menunjukkan bagaimana cara menjaga ketenangan hati dan pikiran di tengah ujian dunia. Salah satu hadits yang sangat mendalam maknanya adalah:
ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ، مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
“Telah merasakan lezatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)
Kunci ketenangan hati adalah menerima takdir dan ridha dengan keputusan Allah. Dalam hadits lain disebutkan:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan itu bukanlah banyaknya harta benda, namun kekayaan sejati adalah kaya hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pandangan Ulama Salaf tentang Ketenangan Hati dan Pikiran

Para sahabat dan ulama salaf juga memberikan perhatian besar terhadap ketenangan hati dan pikiran (jiwa).
Ibnu Abbas RA mengatakan:
إِنَّ لِلْقَلْبِ شُغْلًا لَا يُمْلِيهِ إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ
“Sesungguhnya hati itu memiliki kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi kecuali dengan mengingat Allah.”
(Tafsir Ath-Thabari, QS. Ar-Ra’d: 28)
Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah menyatakan:
رَأْسُ التَّقْوَى أَنْ تُفَكِّرَ فِي اللهِ، وَرَأْسُ الزُّهْدِ أَنْ تَدَعَ مَا لَا يَنْفَعُكَ
“Puncak takwa adalah berpikir tentang Allah, dan puncak kezuhudan adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat bagimu.”
(Az-Zuhd li Ibn al-Mubarak, hlm. 9)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah dalam kitabnya “Al-Fawā’id” menulis:
فِي الْقَلْبِ شَعْثٌ لَا يَلُمُّهُ إِلَّا الْإِقْبَالُ عَلَى اللَّهِ، وَفِيهِ وَحْشَةٌ لَا يُزِيلُهَا إِلَّا الْأُنْسُ بِاللَّهِ
“Dalam hati ada kehancuran yang tidak bisa diperbaiki kecuali dengan kembali kepada Allah, dan di dalamnya ada kesepian yang tidak dapat dihilangkan kecuali dengan keintiman bersama Allah.”
8 Langkah Menuju Ketenangan Hati

1. Memperbanyak dzikir dan istighfar
Dzikir menyucikan hati dari kotoran dunia. Istighfar adalah obat atas dosa-dosa yang menjadi sumber gelisah.
2. Melaksanakan shalat dengan khusyuk
Shalat bukan hanya gerakan fisik, tetapi komunikasi spiritual yang memperkuat hati.
3. Mentadabburi Al-Qur’an
Merenungkan makna ayat-ayat Al-Qur’an membuka mata hati dan menguatkan iman.
4. Bersahabat bersama orang shaleh
Lingkungan sangat mempengaruhi jiwa. Sahabat yang baik akan membawa kita pada kebaikan dan ketenangan.
5. Tawakal dan ridha kepada Allah
Menerima segala takdir dengan lapang dada akan memadamkan api kecemasan.
6. Mengurangi interaksi yang tidak perlu di Media Sosial
Kebisingan dunia maya sering kali mencuri ketenangan hati. Batasi penggunaan yang tidak bermanfaat, agar tidak terkena distraksi orientasi
7. Memperkuat hubungan bersama keluarga dan masyarakat
Hati yang tenang lahir dari relasi sosial yang sehat, jujur, dan saling mendukung.
8. Memaafkan dan mendoakan orang lain
Memaafkan akan membebaskan hati dan pikiran dari dendam, dan doalah yang akan melembutkan jiwa.
Ketenangan hati dan pikiran bukanlah mitos. Ia adalah realitas yang dapat dicapai oleh siapa saja yang sungguh-sungguh ingin mendekat kepada Allah. Bukan berarti hidup tanpa ujian, tetapi hati dan pikiran yang tenang mampu menghadapi ujian dengan penuh tawakal dan rasa syukur.
Sebagaimana firman Allah:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Semoga Allah menjadikan hati kita termasuk hati yang selalu tenang bersama-Nya.
Wallahu a’lam bish-shawab.